PENCARIAN: KITA ADALAH GENAP

Barangkali aku belum menemukanmu di satu waktu yang terencana. Aku belum menemukanmu di satu tempat tertentu yang kita sepakati berdua–sekeluarga.

Aku belum mampu menatapmu begitu dalam. Seperti dua orang dewasa yang pantas dan siap untuk saling mendekap dan menggenap. Serupa Adam dan hawa yang mulanya ganjil dan kemudian genap.

Atau barangkali aku hanyalah ganjil yang menggigil di sudut waktu. Dan kamu adalah ganjil yang terus-menerus memanggil.

Namun, bukan karena aku tak mau menjawab panggilanmu; dan bukan maksudku tak mau bersegera menjemputmu.

Hanya saja tersebab kaki yang belum mampu tegap berdiri; tersebab tangan yang belum kuat mengepal; dan boleh jadi karena nafas yang masih seringkali tersengal.

Aku butuh waktu untuk mengokohkan langkah. Aku butuh waktu untuk menegapkan raga. Aku butuh waktu untuk mengeraskan kepal tangan. Aku butuh waktu untuk melatih nafas dan menguatkan jiwa. Aku butuh waktu.
·
Dan perlu kau tahu, bahwa kebutuhan terhadap waktu bukanlah tanda dari ketidakyakinanku terhadap rezeki Tuhan.

Hanya saja aku tidak mau ketika nanti membangun rumah tangga denganmu; kita berkali-kali harus jatuh dan mengulang lagi dari pondasi awal–dan begitu seterusnya: tak pernah kokoh terbangun.

Aku berikhtiar di sepanjang waktu ini untuk kesiapan dan kepantasan juga keberanian; tatkala nanti tiba kau kujemput, kudekap, dan kau genapkan aku di satu tempat dan satu waktu yang terencana oleh kita berdua.

Hingga akhirnya kita berjuang untuk membangun rumah yang nyaman, penuh berkah, dan juga kokoh dari apa pun yang mencoba membadai-melumpuhkan kita.

Aku harap kau mengerti dalam harap. Jangan lelah mengharap; sebab yakinlah suatu saat nanti semuanya akan terjawab.

Suatu saat nanti kita adalah genap yang saling mendekap.

Kita adalah genap.

Agoy Tama

Malang, 09/02/2017

Diterbitkan oleh

agoytama

Author. Designer. Founder @ruangrasa.

Tinggalkan komentar